Exhibition

Tat .. Twam Asi

Joko "Gundul" Sulistiono
dan
Sri Lestari Pujihastuti
JiwaJawi

Tat artinya: itu (ia), Twam artinya: kamu, dan Asi artinya: adalah. Tat Twam Asi adalah kata-kata dalam filsafat Hindu yang mengedepankan aspek sosial yang tanpa batas karena diketahui bahwa “ia adalah kamu” saya adalah kamu dan segala mahluk adalah sama memiliki atman yang bersumber dari Brahman.”

Wikipedia

Merupakan suatu "semangat kepedulian", inilah catatan yang DAC dapatkan untuk mengawali pemahaman dari judul pameran ini, yaitu Tat.. Twam Asi.

TAT,,TWAM ASI - Joko Gundul Sulitiono dan Sri Lestari Pujihastuti - Couple Art Exhibition - Jiwa Gallery - Yogyakarta - 2024

JiwaJawi yang berada kurang lebih 5 km di sisi selatan barat kota Jogja, sebuah cafe di tengah desa perbukitan Bangunjiwo, Bantul, gak terlalu jauh sih, namun jalan lumayan naik turun dan melalui banyak tikungan, tentu karena lokasi masih ada di perbukitan yang masih alami, di JiwaJawi Gallery inilah pameran Tat.. Twam Asi dilangsungkan. Suasana yang membumi dan arsitektur natural memberikan atmosfer yang teduh sehingga bisa betah untuk berlama-lama di sana, karya-karya lukis dipajang di dua area paviliun mini yang klasik simple bernuansa kayu jati, satu ada di sisi sebalah selatan dan satu sisi lagi berada di timur, keduanya  ditata apik dengan tampilan semi outdoor, sangat accesable untuk pengunjung bisa melihat karya-karya dengan lebih dekat.

Tat.. Twam Asi merupakan pameran dari dua seniman yaitu Joko ‘Gundul’ Sulistiono dan Sri Lestari Pujihastuti, ini merupakan kali kedua pasangan ini menggelar pameran bersama yang secara lebih khusus bisa dikategorikan sebagai couple exhibition, ya mereka merupakan pasangan suami istri dengan disiplin ilmu dan profesi yang sama yaitu seniman. Dipamerkan 89 karya, yang terdiri dari 55 karya sang suami, 28 karya sang istri, juga 6 karya kolaborasi keduanya, kesemuanya rata-rata dengan medium pulpen di kertas 29 x 21 cm dan cat akrilik di kanvas 40 x 30 cm.

Karya-karya mereka selalu saja menyentuh, keduanya menampilkan visualisasi figuratif, figur memiliki peran, bisa menjadi penerjemah sekaligus simbolisasi atas  emosi, artikulasi dan ekspresinya memunculkan dramatisasi dan menghidupkan stimulasi-stimulasi rasa yang kontras di antara keduanya, elemen-elemen imajinatif yang sama-sama liar semakin menguatkan persembahan karya dari keduanya. Di sisi lain, secara konsep juga penyajian, keduanya bisa jadi memiliki pemikiran atau bahkan keresahan yang sama, namun masing-masing bisa memiliki karakter dan goresan yang sangat jauh dari kesan sama, sebut saja Joko yang seolah berteriak namun dari sisi Tuti menyampaikan dengan kelembutan, goresan dan warnanya sangat merepresentasikan sisi-sisi maskulin dan feminisme yang kuat.

Karya Tuti dengan karakter-karakter dan warnanya sangat girly, memiliki muatan story telling yang dalam dengan ekspresi-ekspresi wajah datar, elemen-elemen lain hadir memberikan petunjuk akan maksud yang terkandung, walau mungkin itu bisa ditebak tapi mungkin juga tidak, terasa sekali bahwa dari karya satu ke karya lain mengajak kita untuk menjalani bait per bait cerita yang mungkin sebenarnya saling terkait. Tidak berbeda pada karya Joko, didalamnya juga memiliki muatan-muatan kisah dan suatu penyampaian rasa, bedanya Joko menyampaikan buah pikirannya dengan simbolisasi visual yang ironi dan satir, dengan goresan-goresan lugas mampu merepresentasikan suatu kekuatan dan kebersahajaan, ini adalah unsur-unsur ideal dari seorang suami, seorang bapak atau pada umumnya pada lelaki, bagaimana dengan segala kisah dunia yang ada, ketahanan, kebersahajaan harus tetap kuat terjaga dan menjadi penopang bagi orang di sekitarnya.

Di antara sekian karya tersebut ada 6 karya yang dikerjakan secara kolaborasi, di sinilah bagaimana rasa haru yang ada kemudian dirayapi rasa geli, pertemuan kedua karakter ini dalam satu karya menimbulkan kesan kejutan dan tertautnya dua semesta yang berbeda, unik, lucu dan menggemaskan. Terasa ada unsur bercanda, namun tetap tidak meninggalkan pesan utamanya, membuat mata kita makin terbuka dan menyadari di situlah kehidupan, harmonisasinya bukan terletak pada segalanya sama, namun bagaimana mensinergikan keduanya menjadi sesuatu yang saling mengisi satu sama lain, saling menguatkan satu dengan yang lainnya, di sinilah kemudian DAC menemukan apa kesinambungan antara Tat.. Twam Asi dengan implementasinya pada kehidupan manusia.

Silvana Fadlilah
Yogyakarta, 20240730

Dokumentasi
dan Sekilas Karya

Tag:
#Blog #Creative #JiwaJawi #JokoGundulSulistiono dan #SriLestariPujihastuti, #Portfolio #Seni, #TatTwamAsi #Theme #WordPress #Yogyakarta #JAW #JogjaArtWeek
Click for Share :
Share on facebook
Share on twitter
Share on pinterest
Share on whatsapp

This website stores cookies on your computer. Cookie Policy